:salam
Q1. Al-quran diturunkan secara berperingkat-peringkat mengikut peristiwa yang berlaku. Bagaimanakah surah-surah dalam quran disusun dan ayat-ayat al-quran itu dikumpulkankan di dalam sesuatu surah sehingga seperti sekarang? Siapakah yang menyusunnya? Apakah faktor-faktor yang diambil kira?
Q2. Al-quran dan hadith diriwayatkan oelh para sahabat daripada Nabi saw. Bagaimana pula dengan hadith Qudsi? Bukankah ianya juga dari nabi tetapi dalam bentuk firman Allah? Jadi mengapa ia tidak menjadi ayat al-quran?
Q3. Saya ada mendengar mengenai ayat-ayat al-quran yang dimansuhkan daripada dibaca. Boleh tolong huraikan mengenainya. Berapa banyakkah ayat-ayat sebegini.
Q4. Apakah hukumnya menghantar surat atau dokumen yang mengandungi di dalamnya kalimah-kalimah agama seperti ayat-ayat al-quran dan sebagainya kerana dikhuatiri ia akan dipijak dan dilempar sebarangan oleh kakitangan pos?
Q5. Saya mempunyai sebuah USB drive atau Handydrive dan didalamnya saya simpan fail-fail komputer seperti bacaan surah dan fail-fail berunsur keagamaan disamping dokumen-dokumen lain untuk kegunaan harian. Bolehkah saya membawa USB drive tersebut ke dalam tandas ketika ingin membuang air atau ke tempat-tempat lain yang tidak baik?Adakah berdosa jika saya berbuat demikian?
terima kasih...
:salam
Kita jawab soalan satu dulu. Insya Allah.
1) Rasulullah saw seorang yg ummi, tidak tahu membaca maupun menulis spt mana yg dfirman Allah yang bermaksud,
Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (al-Qur'an) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang memgingkari(mu). (QS. 29:48)
Nabi saw menerima al-Quran dgn cara menghafal. Jibril bukan hanya menyampaikan wahyu tetapi jg memastikan al-Quran terpelihara di dada Nabi saw.
oleh krn Baginda saw tidak mampu menulis, baginda memilih beberapa sahabatnya utk menuliskan wahyu Allah swt yg di antara sahabatnya ialah Khulafa' ar-Rasyidin, Amir bin Furairah, Ubai bin Kaab al-Anshari, Muawiyah bin Abi Sufyan, Zaid bin Tsabit dan ramai lagi. Mereka menulis di atas pelepah tamar, tulang belulang dan lain2. Baginda saw mengarahkan sahabat2 ini menulis dihadapannya dan menegah mereka dari menulis selain dari ayat2 al-Quran. Rasulullah saw bersabda,
"Barangsiapa yg menulis drpdku sesuatu yg bukan al-Quran maka hendaklah ia memadamkannya."
Pada ketika ini, sahabat2 hanya menurut perintah baginda utk meletakkan wahyu di tempat(surah) yang betul. Setiap tahun Jibril akan turun utk mentaddarus Nabi saw di dalam bulan Ramadhan sekadar mana ayat2 yg turun seblm Ramadhan itu.
setelah selesai penulisan al-Quran, Rasulullah saw akan memerintahkan supaya meletakkannya di rumah Baginda. Ada juga di antara sahabat yg menulis utk kegunaan sendiri sbg rujukan.
Pengumpulan al-Quran dalam satu mushaf berlaku pada zaman Saidina Abu Bakar. Cadangan ini diutarakan oleh Umar al-Khattab yg menyedari bhw ramai penghafaz al-quran dikalangan sahabat telah syahid di medan peperangan al-Yamamamh. Saidina Abu Bakr yg pada mulanya tidak bersetuju akhirnya bersetuju setelah dijelaskan masalah sebvenar oleh Umar ra. Abu Bakr ra melantik Zaid bin Tsabit ra utk mengumpulkan al-quran ini. Zaid bin Tsabit akhirnya berjaya mengumpulkan al-quran dan hasilnya disimpan di sisi Abu Bakr ra. Pengumpulan pertama ini kekal hingga zaman Umar ra sebagai khalifah.
Ketika pemerintahan saidina Uthman ra, telah berlaku satu peristiwa di mana Huzaifah bin al-Yaman menyertai satu peperangan, beliau berasa terkejut krn distu berlaku perbezaan cara bacaan al-Quran di beberapa tempat yg dilaluinya di Syam dan Iraq. Huzaifah lalu bertemu Uthman ra dan menceritakannya perihal tersebut. Uthman ra kemudiannya mengutuskan org utk bertemu Hafsah(anak Umar ra) utk mnengambil al-quran hasil pengumpulan pada zaman Abu Bakr ra. Uthman ra mengarahkan Zid Bin Tsabit,, Abdullah bin Zubair, Said bin al-As dan Abdul rahman bin al-Harits agar menulisnya dalam beberapa naskah. Para penulis telah menyalin kembali ke dalam 4 mushaf yg setiap satu diletakkan di Iraq, Syam, Mesir dan Madinah.
BEnarlah firman Allah dalam surah al-Hijr ayat 9 yg bermaksud:
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya."
Sheikh Mutawalli asy-Sya'rawi berkata, "Surah2 dalam rangkaian al-Quran diturunkan menurut teraturan sejarah dgn mengikuti peristiwa2 yg terjadi. Sementara susunannya di dalam al-Quran disesuaikan dalam bentuk yg lain, yakni sesuai manhaj yg telah ditentukan, sebagai mediasi percakapan di antara manusia." Dalam fatwanya yg kedua pula Sheikh Mutawalli mengatkaan susunandidalam mushaf itu adalah sepertimana yg terdapat di Lauhul Mahfuzh.()
Rujukan:
Perundangan Islam, Sejarah Perkembangan, Sumber dan Mazhabnya
oleh Fadilah Sarnap
Terjemahan Al-Jami' al-Fatawa
oleh Sheikh Mutawalli asy-Sya'rawi
Ditulis/Disusun oleh
g@y@t
http://Al-Ahkam.net
http://www.eashoppingcentre.com
http://membelahlautan.
Soalan 2) Berikut petikan dari bhgn Pendahuluan kitab 'Hadith Qudsi'.
-------
Hadits Qudsi ialah Hadits yang bersumber dari Rasulullah saw. dan disanadkan kepada Allah. Menurut para ulama’, Hadits Qudsi ialah “Sesuatu yang diberitakan Allah kepada Nabi saw. dengan perantaraan Jibril, atau dengan jalan ilham, atau mimpi waktu tidur, lalu oleh Rasulullah saw. diberitakannya pula maksud dan tujuan berita di atas (kepada ummatnya) dengan lafadh dan ucapan beliau sendiri, berdasarkan taufiq dari Allah swt.
Apabila Rasulullah saw. meriwayatkan Hadits Qudsi, biasanya mengucapkan kata:
“Allah berfirman”, tapi firman itu tidak dimasukkan dalam al-Quran. Begitu juga uslubnya tidak sama dengan uslub ayat-ayat al-Quran,
Apabila para shahabat menceritakan Rasulullah saw. ketika meriwayatkan Hadits Qudsi, biasanya mereka mengucapkan:
“Rasulullah saw. telah bersabda dalam satu riwayat yang disanadkan kepada Rab-nya.”
Selanjutnya para ulama sepakat (ijma’) bahwa Hadits-hadits Qudsi disanadkan kepada Allah. Perselisihan pendapat timbul tentang lafadh atau susunan kata Hadits Qudsi itu sendiri, apakah ia termasuk “kalamullah” (firman Allah) ataukah sabda Rasul saw. sendiri?
Ada yang berpendapat bahwa lafadh-lafadh dalam Hadits Qudsi itu dari Allah, bukan sabda Nabi saw., dengan alasan bahwa Allah ta’ala itulah yang menfirmankan pertama kalinya. Tidak mungkin Nabi saw. akan mengatakan “ucapan itu dari Allah”, kalau lafadh-lafadh itu bukan wahyu dari Allah swt. Apabila Hadits Qudsi itu disanadkan dalam kalimatnya kepada Nabi saw. maka ucapan itu hanyalah sekadar berita saja, karena beliau yang memberitahukannya kepada ummat tentang Hadits itu.
Ada pula yang berpendapat bahwa sesungguhnya lafadh Hadits Qudsi itu dari Rasulullah saw., adapun dikatakan dari Allah, karena isi dan maksudnya telah diwahyukan oleh Allah.
Pendapat ini ada yang membantah, bahwa para rawi yang meriwayatkan Hadits Qudsi itu, biasanya niengatakan: “Bersabda Rasulullah saw. dalam satu berita yang diriwayatkan dari Rab-nya: “begini dan begini”. Ini bererti bahwa lafadh Hadits Qudsi itu dari Allah, bukan dari Nabi saw.
Tetapi sebagian Ulama yang berpendapat seperti di atas menjawab bantahan ini dengan mengatakan bahwa Allah telah menyerahkan berita tersebut kepada Nabi-Nya untuk menyampaikan dan mengatakan Hadits itu dengan kata-katanya sendiri.
Namun yang tidak perlu kita ragukan lagi ialah bahwa Rasulullah saw. pernah meriwayatkan Hadits Qudsi hanya isi dan ma’nanya saja, tidak dengan lafadhnya.
Susunan kata yang diucapkan oleh Rasulullah saw. Dalam hadits qudsi, tidak mungkin merupakan susunan kata yang telah diwahyukan kepada beliau(sepertimana ayat al-quran).
Bagaimanapun perbedaan pendapat tersebut di atas, Hadits Qudsi adalah satu perbendaharaan agama yang mulia dan agung, yang di dalamnya terdapat tuntunan, bimbingan, pedoman dan petunjuk. Di antara Hadits-hadits Qudsi yang sampai kepada kita, ada yang shahih memenuhi syarat-syatat ilmu Hadits, bersumber dari Rasulullah saw, yang dijamin kebenarannya oleh Allah di dalam al-Quran:
Dia tidak mengucapkan sesuatu yang terbit dari hawe nafsunya. Dia tidak akan mengucapkan sesuatu, kecuali wahyu dari Allah.(Q.S. 53 an-Najam: 34)
Ulama telah mengemukakan beberapa perbedaan antara al-Quranul Karim dengan Hadits Qudsi yang mulia, antara lain:
1. Isi al-Quranul Karim dan susunan kalimatnya menunjukkan mu’jizat dan tantangan kepada manusia untuk menandinginya sedang Hadits Qudsi tidak demikian.
2. Al-Quran yang mulia ialah firman Allah yang setiap lafadhnya menjadi ibadah apabila dibaca dan diperintahkan dibaca di waktu shalat. Sedangkan Hadits Qudsi tidaklah demikian.
3. A1-Quran diriwayatkan secara mutawatir yang diperintahkan dicatat, langsung didiktekan oleh Rasulullah, serta ditetapkan kedudukan ayat dan surahnya. Sedang Hadits Qudsi semuanya diriwayatkan menurut khabar Ahad dan tidak dibenarkan dicatat.
4. Al-Quran yang mulia tidak boleh diriwayatkan ma’na dan isinya saja, sedang Hadits Qudsi bilamana perlu dapat dirniwayatkan ma’nanya saja, dengan syarat rawinya (yang meriwayatkannya) itu, alim dan tahu benar arti, maksud lafadh dan susunan kata-katanya, sehingga memungkinkan dapat melukiskan isi dan maksud Hadits Qudsi itu.
5. Al-Quran diwahyukan kepada Nabi saw. dengan perantaraan Jibril a.s., sedang hadits Qudsi kadang-kadang diwahyukan melalui Jibril, atau dengan mimpi atau mungkin juga berupa ilham.
6. Kumpulan kalimat dalam al-Quran disebut ayat dan dihimpun menjadi surah. Sedang kumpulan kalimat dalam Hadits Qudsi tidak dapat disebut ayat ataupun surah.
Selain daripada itu ulama membedakan pula antara Hadits Qudsi dengan Hadits Nabawi (hadits biasa dari Rasulullab saw.) Hadits Qudsi diriwayatkan oleh Nabi saw. dengan jalan wahyu, baik melalui Jibril as., dengan perantaraan mimpi atau ilham. Sedang Hadits Nabawi terkadang dengan perantaraan wahyu, atau dengan ijtihad Rasulullah saw. sendiri. Adapun kedudukan shahih, hasan atau dla’ifnya, Hadits Qudsi sama saja dengan Hadits Nabawi, menurut ketentuan musthalah Hadits.
Rujukan
Ditulis/Disusun oleh
g@y@t
http://Al-Ahkam.net
http://www.eashoppingcentre.com
http://membelahlautan.
Soalan 4) Tidaklah menjadi kesalahan sekiranya ingin menulis kalimah Bismillah di awal surat/dokumen krn Nabi SAW juga menulis 'Bismillah' di awal semua surat baginda. Walaubagiamanapun, kalimah dari al-Quran mesti juga dipelihara dgr betul agar tidak dilakukan sebarangan. Oleh yg demikian, pada pandangan saya, melihat realiti sistem pos skrang, adalah tidak wajar kiranya kita menulis ayat2 al-Quran. Ini adalah semata2 krn memelihara kesucian ayat al-Quran itu berbeza pada zaman Rasulullah saw dahuluyg mana surat2 baginda dibawa sendiri oleh sahabat dgn baik dan diserahkan secara peribadi kpd si penerima. Allah berfirman:
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati. (QS. 22:32)
Teruskan pembacaan sdr ke URL berikut: SJ – 2700 : KALIMAH SUCI BERCAMPUR DENGAN TULISAN SELAINNYA
Rujukan
Islamic Rulings Regarding The Quran
Fatawa al-Lajnah al-Da'imah
Soalan 5) Menurut pendapat Dr wahbah, menyentuh cakera (CD) atau kaset al-Quran tidak perlu berwuduk. Kerana tidak ada huruf pada CD atau kaset berkenaan. Samalah juga dgn HD/USB drive. Kerana yg diharamkan ialah menyentuh huruf2 al-Quran.SJ706: al quran . berwudhu atau tidak?
Bersambung dgn soalan 3.(mungkin THTL boleh sambung). Sekian. WA.
:wassalam
Ditulis/Disusun oleh
g@y@t
http://Al-Ahkam.net
http://www.eashoppingcentre.com
http://membelahlautan.
:salam
Q3. Saya ada mendengar mengenai ayat-ayat al-quran yang dimansuhkan daripada dibaca. Boleh tolong huraikan mengenainya. Berapa banyakkah ayat-ayat sebegini.
Pelik skit soalan nih. Ayat al-quran dimansuhkan daripada dibaca? Sememangnya ada ayat yg mansukh tetapi tidak dilarang dibaca. Apabila menyebut mansukh, kita tidak akan dapat lari dari satu lagi istilah yakni nasikh. AL-NASIKH WA AL-MANSUKH berasal dari perkataan nasakha yakni membawa erti batal, diganti, dikeluarkan. Apabila ayat dibatalkan dgn ayat lain, ayat yg membatalkan itu dinamakan nasikh dan yg dibatalkan itu dinamakan mansukh.
Antara ayat yg menceritakan hal ini mansukh ini ialah:
"Apa sahaja ayat keterangan yang Kami mansukhkan (batalkan) atau yang Kami tinggalkan (atau tangguhkan), Kami datangkan ganti yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya." (Surah Al-Baqarah: ayat 106)
Contoh detail mengenai pengharaman arak.
(Surah An-Nisaa': ayat 43, Surah Al-Baqarah: ayat 219; Surah Al-Maidah: 93-4)
Permulaannya org yg beriman dilarang mengerjakan solat dlm keadaan mabuk, akhir diharamkan meminumnya dlm apa jua keadaan.
Al-qattan dlm kitabnya Mabahis Fi Ulumil Quran menyebut bahawa terdapat 4 jenis nasakh:
1. Qur'an dinasakhkan Qur'an.
2. Qur'an dinasakhkan sunnah.
3. Sunnah dinasakhkan dgn Quran
4. Sunnah dinasakhkan dgn sunnah
Imam As-Suyuti dlm Al-Itqan menyatakan bahawa 21 tempat di dlm al-quran yg diturunkan dimansuhkan dgn ayat lain.
Ibn Salama berkata dlm kitabnya Al-nasikh wa Al-mansukh, Cairo, 1966, p.5:
i. 43 surah tidak ada mansuh dan nasikhnya
ii. 6 surah ada nasikh tetapi tiada mansukh
iii. 40 surah ada mansukh tetapi tiada nasikh
iv. 25 surah ada nasikh dan mansukh
Shah Waliyyullah Ad-Dahlavi menyebut tentang ayat mansukh dan nasikh ini:
Mansukh (Surah 2:180) dinasikhkan dgn (surah 4: 11, 12)
Mansukh (Surah 2:240) dinasikhkan (surah 2: 234)
Mansukh (Surah 8:65) dinasikhkan dgn (surah 8: 62)
Mansukh (Surah 30:50) dinasikhkan dgn (surah 33: 52)
Mansukh (Surah 58:12) dinasikhkan (surah 58: 13)
Wallahua'lam.
http://www.zayed.com
terima kasih ust Zayed. Utk mengetahui lebih lanjut mengenai Al-nasikh wa Al-mansukh bolehlah cari buku usul fiqh spt di bahwah ini:
-Ar-Razi,kitabnya (Al-Mahsul)
-Ibnu Qudamah (Raudhatun Nazhir Wa Junnatul Manazhir)
-Az-Zarkasyi (Bahrul Muhit)
-Al-Juwaini (Al-Burhan)
As-Syaukani (Irsyadul Fuhul)
-Ibnu Hazmin (Al-Ihkam Fi Usulil Ahkam)
-Aal-Ashfahani (Syarhul Minhaj)
-Ibnu Mibrad Al-Hanbali (Syarh Ghayatus Suul ila Ilmil Usul)
-Ibnun Najjar (Syarh Kaukabil Munir)
-Al-Amidi (Al-Ihkam Fi Usulil Ahkam)
-Ibnul Qaiyim (I'lam Al-Muqi'in)
-Imam As-Syafie (Ar-Risalah)
-Imam Al-Ghazali (Al-Mustashfa)
:wassalam
Ditulis/Disusun oleh
g@y@t
http://Al-Ahkam.net
http://www.eashoppingcentre.com
http://membelahlautan.
:wassalam
Tarjeehan:
Jawapan yg baik sekali dari gabungan dua sahabat kami yg semakin tergilap bakatnya. JKK
LULUS
P/S:
AlAhkam tidak menggalakkan soalan yg panjang. Sebaiknya satu soalan setiap kali ianya diajukan. Ia memudahkan kami dan memberi peluang soalan orang lain di jawab.