[0004: Isma'iliyyah] Ensiklopedia Gerakan Keagamaan & Pemikiran jilid 1

Primary tabs

TA'RIF
Isma'iliyyah adalah sebuah kelompok kebatinan yang dinisbatkan kepada Imam Isma'il bin Ja'far Shadiq. Secara lahiriah Isma'iliyyah cenderung kepada Syi ah yang mengagungkan Ahlu al-Bait. Tetapi hakikatnya kelompok ini menghancurkan 'aqidah Islamiyyah. Isma'iliyyah terpecah-pecah menjadi berbagai kelompok dan berkembang sepanjang zaman sampai hari ini.


SEJARAH BERDIRI DAN TOKOH-TOKOHNYA

Pertama: Isma'iliyyah Qaramithah
Mereka muncul pertama kali di Bahrain dan Syam setelah melakukan pemberontakan terhadap Imam Isma'iliyyah dan merampok harta kekayaannya. Imam yang diberontak kemudian melarikan diri dari Salmiyyah, Suriah ke negeri Transoxiana, karena takut akan kekejaman orang-orang Qaramithah. Tokoh-tokohnya antara lain :
1. Abdullah Maimin Qadah, muncul di Persia Selatan tahun 260 H

2. Faraj ibnu Utsman Qasyani (Dzikruwaih), muncul di Iraq dan menyerukan supaya mengikuti Imam yang gha'ib

3. Hamdan Qirmath Asy'ats (278 H), berda'wah dengan terangterangan di Kufah

4. Ahmad bin Qasim yang sangat terkenal kejam terhadap •kafilah dagang dan jama'ah hajji

5. Hasan bin Bahram (Abu Sa'id al-Janabi), muncul di Bahrain dan dipandang sebagai pendiri negara Qaramithah

6. Sulaiman bin Hasan bin Bahram (Abu Thahir), telah memerintah selama 30 tahun. Ketika berkuasa, ia mampu memperluas kekuasaannya. Tahun 319 H ia menyerang Ka'bah dan mencuri Hajar Aswad selama lebih dari 20 tahun

7. Hasan A'sham bin Sulaiman yang pernah menguasai Damaskus tahun 360 H.


Kedua: Isma'iliyyah Fathimiyyah
Isma'iliyyah Fathimiyyah adalah gerakan Isma'iliyyah asli yang telah bertahan sampai beberapa periode.
1. Periode tertutup
Yaitu dimulai sejak kematian Isma'il tahun 143 H sampai munculnya Abdullah Mandi. Selama ini nama-nama lmam mereka berbeda-beda disebabkan kerahasiaannya

2. Periode awal kemunculan
Yaitu dimulai dengan adanya seruan Hasan bin Hausyab, pendiri negara Isma'iliyyah di Yaman, tahun 266 H. Kemudian kegiatannya berkembang sampai ke Afrika Utara dan mampu mempengaruhi syaikh-syaikh Kutama *). Diikuti dengan kemunculan rekannya Ali bin Fadhal yang mengaku Nabi dan membebaskan pendukung-pendukungnya dari shiyam dan shalat.

3. Periode kemunculan
Periode ini dimulai dengan tampilnya 'Ubaidillah al-Mandi yang telah bermukim di Salmiyyah, Suriah dan melarikan diri ke Afrika Utara. Ia minta perlindungan kepada pendukungnya dari suku Kutama. Pada perkembangan selanjutnya 'Ubaidillah membunuh dua orang pendukung .setianya Abu Abdillah al-Syi'i al-Shun'ani dan saudaranya yang bernama Abu al-'Abbas dengan alasan karena keduanya meragukan kepribadian 'Ubaidillah sebagai orang yang pernah dilihatnya ketika di Salmiyyah. Selanjutnya 'Ubaidillah mendirikan negara Isma - iliyyah Fathimiyyah pertama di Mandiyyah Afrika (Tunisia) dan menguasai Raqadah tahun 297 H. Kemudian kepemimpinannya dilanjutkan oleh Manshurbillah (334—341 H) yang disebut Abu Thahir Isma'il; Mu'izlidinillah (341—365) yang terkenal dengan sebutan Abu Tamim Mu'id, yang pernah menaklukkan Mesir pada tahun 358 H; Al-Aziz Billah (365-386H), yang bergelar Abu Manshur Nazzar; Al-Hakim bin Amrillah (386-411 H) yang bergelar Abu Ali A1-Manshur; Al-Zhahir (411-427 H) yang dijuluki Abu Hasan Ali; dan Al-Mustanshir Billah (wafat 487 H) yang terkenal dengan sebutan Abu Tamim.

Dengan mangkatnya Abu Tamim, Isma'iliyyah Fathimiyyah terpecah menjadi Nizariyyah Timur dan Musta'liyyah Barat.

Perpecahan ini terjadi karena Imam Mustanshir telah mewasiatkan (dengan dokumen tertulis), bahwa Imam berikutnya adalah putera tertuanya yang bernama Nizzar. Tetapi Perdana Menteri Ibnu Badr Jamali menghalangi Nizzar agar tidak naik tahta. Kemudian ia memaklumkan keimamanMusta'li, putera bungsu ImamMustanshir yang kebetulan juga sebagai kemenakan Perdana Menteri. Nizzar ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara sampai menemui ajalnya.

Isma'iliyyah Fathimiyyah dinasti Musta'li terus memerintah Mesir, Hijaz dan Yaman dengan bantuan orang Shulaih.

Imam-imam mereka antara lain: Musta'li (487—495) yang bergelar Abu Qasim Ahmad; Amir (495—525) yang bergelar Abu Ali Manshur; Hafizh (525—544) yang bergelar Abu al-Maimun Abdulmajid; al-Zhafir (544—549) yang bergelar Abu Manshur Isma'il; Fa'iz (549—555 H) dengan gelar Abu al-Qasim; dan 'Adhid (555 sampai lenyapnya kekuasaan mereka di tangan Shalahuddin al-Ayyubi) yang biasa disebut Abu Muhammad Abdullah.

Ketiga: Isma'iliyyah Assasin
Mereka adalah Isma'iliyyah keturunan Nizzar di Syam, Persia dan negara-negara sebelah Timurnya.

Ketika Nizzar dilarang naik tahta di Mesir, seorang Persia yang bernama Hasan bin Shabah memprotes Imam Mustanshir. Karena kecewa melihat perpecahan tersebut, lalu ia kembali ke Persia menyeru kepada Imam yang tersembunyi. Kemudian ia menguasai benteng 'maut' tahun 483 H dan mendirikan negara Isma'iliyyah dinasti Nizzari bagian Timur. Mereka inilah yang kemudian dikenal dengan kelompok Assasin dikarenakan mereka terkenal pengisap hasis.

Kemudian ia mengirim beberapa sukarelawan ke Mesir untuk membunuh Imam Amir Musta'li. Dia terkenal sebagai orang yang sangat haus darah sampai tega membunuh kedua putera Musta'li. Hasan bin Shabah mangkat tahun 528 H tanpa meninggalkan keturunan.

Penganjur-penganjur Assasin yang terkenal antara lain : Hasan bin Shabah (meninggal 1124 M), Kyabzark Amid (meninggal 1138 M), Muhammad bin Kyabzark Amir (meninggal 1162 M), Hasan II bin Muhammad (meninggal 1166); Muhammad II bin Hasan II (meninggal 1210 M), Hasan III bin Muhammad II (meninggal 1221 M), Muhammad III bin Hasan III (meninggal 1255 M) dan Ruknuddin Khaursyah, dari tahun 1255 sampai berakhirnya kekuasaan mereka yang telah dihancurkan tentara Hulako dari Mongol. Ruknuddin sendiri terbunuh di tangan tentara Hulako. Sepeninggal Ruknuddin para pengikutnya bertebaran ke berbagai pelosok negeri. Sampai hari ini mereka masih punya pengikut.


Keempat: Isma'iliyyah Syam
Mereka adalah Isma'iliyyah Nizzari. Dalam waktu lama mereka tetap berpegang teguh kepada keyakinannya. Di dalam benteng pertahanan mereka akan terlihat keteguhan mereka dalam mempertahankan keyakinan dan mengamalkannya secara terangterangan. Tetapi mereka tetap menjadi kelompok agama yang tidak memiliki negara meski mereka masih tetap memegang peranan penting dalam urusan keagamaan mereka, terutama di Salmiyyah, Qadmus, Mishyaf, Banyas, Khawabi dan Kahfi.

Di antara tokohnya yang terkenal adalah Rasyidin Sinan yang dijuluki dengan Syaikh al-Jabal. Prilakunya mirip dengan Hasan bin Shabah. Ia telah mendirikan madzhab Sinaniyyah yang penganut-penganutnya meyakini adanya reinkarnasi, di samping 'aqidah Isma'iliyahnya.

Kelima: Isma'iliyah Bahrah
Isma'iliyah Bahrah adalah Isma'iliyyah musta'liyyah. Mereka mengakui Imam Musta'li dan penggantinya Imam Amir, kemudian putranya Thayyib. Karena itu mereka menyebutnya dengan Thayyibiyyah. Juga dikatakan sebagai Isma'iliyyah India dan Yaman. Pada mulanya mereka meninggalkan politik dan berusaha sebagai pedagang sampai mereka tiba di India dan berbaur dengan orang-orang Hindu . yang masuk Islam. Di sana akhirnya mereka dikenal dengan istilah Bahrah. Bahrah berasal dari bahasa India kuno yang berarti pedagang.

Menurut kepercayaan mereka, Imam Thayyib 'ghaib" pada tahun 525 H. Sedangkan imam-imamnya yang tersembunyi terdiri atas keturunannya sampai hari ini. Imam-imam tersebut tidak dikenal nama-namanya bahkan ulama-ulama Bahrah sendiri tidak mengenal imam-imam mereka. Bahrah terpecah menjadi dua kelompok:
1. Bahrah Daudiyyah. Kelompok ini dinisbatkan kepada Quthb Syah Daud. Mereka tingal di India dan Pakistan sejak abad keke-10 H. Sedangkan imamnya bermukim di Bombay.

2. Bahrah Sulaimaniyyah. Kelompok ini dinisbatkan kepada Imam Sulaiman bin Hasan. Pusat kegiatan mereka sampai hari ini tetap di Yaman.

Keenam: Isma'iliyyah Agha Khaniyyah
Kelompok sempalan Isma'iliyyah ini muncul di Iran pada dasa warsa kedua abad ke-19 M. Imam-imam mereka adalah:
1. Hasan Ali Syah yang bergelar Agha Khan I dan diperalat Inggris untuk memimpin satu revolusi yang dijadikan dalih campur tangan Inggris terhadap mereka. Ia mengajak Isma'iliyyah Nizzariyyah untuk bersama-sama turut dalam revolusi. Akibatnya dia sendiri dibuang ke Afghanistan dan ke Bombay. Sedangkan gelar Agha Khannya dicopot Inggris sampai ia meningal dunia pada tahun 1881 M.

2. Agha Ali Syah yang bergelar Agha Khan II (1881-1885).

3. Muhammad Husein, putera Agha Ali Syah yang bergelar Agha Khan III (1885-1957 M). Ia lebih suka tingal di Eropa dan berfoya-foya dengan bergelimang keni'matan duniawi. Ketika meninggal, ia mewasiatkan kekhalifahan kepada cucunya yang bernama Karim. Ini berarti bertentangan dengan ajaran Ismailiyyah, bahwa pengganti khilafah harus putera tertua.

4. Karim yang bergelar Agha Khan IV dan naik tahta sejak tahun 1957 sampai sekarang. Ia sedang belajar di salah satu universitas di Amerika.

Ketujuh: Isma'iliyyah Waqifah
Sebuah kelompok Isma'iliyyah yang berhenti kepada keimamanMuhammad bin Isma'il yang merupakan Imam pertama dari para imam yang tersembunyi. Golongan ini berpendapat bahwa imam pertama ini akan muncul kembali setelah menghilang.

PEMIKIRAN DAN DOKTRIN-DOKTRINNYA
Keharusan adanya Imam Ma'shum, yang terjaga dari kesalahan dan dosa, adalah yang termaktub sebagai keturunan Muhammad bin Isma'il. Dalam ketentuannya dinyatakan bahwa yang berhak menjadi imam pengganti adalah keturunannya, yang tertua. Namun berkali-kali mereka mengabaikan ketentuan ini.

Pengertian 'ishmah bagi mereka bukan ketiadaan melakukan ma'shiyat dan kesalahan, tetapi bagi mereka kesalahan dan ma'shiyat itu harus dita'wilkan dengan apa yang sesuai dengan kepercayaan mereka.

Mereka berkeyakinan barangsiapa yang meninggal dalam keadaan tidak mengenal imamnya dan belum pernah berbai'at, maka ia mati dalam keadaan jahiliyyah.

Di kalangan kaum Isma'iliyyah berkembang satu anggapan bahwa imamnya memiliki sifat sangat tinggi sampai mendekati sifat Tuhan. Imam mengetahui ilmu ghaib. Pengikutnya diwajibkan membayar seperlima hasil usahanya untuk Imam.

Mereka meyakini taqiyyah dan sirriyyah serta menerapkannya ketika terjadi banyak kesulitan.

Imam Isma'iliyyah adalah poros da'wah dan 'aqidah serta keduanya mengitari pribadinya.

Orang Isma'iliyyah meyakini bahwa bumi ini tidak terlepas dari imam zhahir atau bathin. Apabila imamnya zhahir, maka hujjahnya boleh tertutup. Tetapi apabila imamnya bathin, maka hujjah dan para penganjurnya harus zhahir.

Mereka meyakini adanya reinkarnasi. Imam, menurut mereka, adalah pewaris para Nabi dan imam-imam terdahulu.

Sebaliknya, mereka mengingkari sifat-sifat Allah. Sebab, menurut mereka, tidak 'ada' dan juga bukan 'tidak ada' ; tidak alim dan tidak jahil; tidak berkuasa dan tidak pula lemah. Mereka itu tidak menisbatkan Allah secara muthlaq dan juga tidak menafikannya secara muthlaq. Dia adalah Ilah dua orang yang saling bertolak belakang, Pencipta dua orang yang saling berseteru dan Pemutus hukum dua orang yang saling berlawanan. Dia tidak qadim dan tidak hadits. Yang qadim adalah perintah dan kalimat-Nya. Sedangkan yang hadits adalah penciptaan dan fithrah-Nya.

Sedangkan doktrin-doktrin kaum Bahrah antara lain
1. Tidak melakukan shalat di Masjid kaum Muslimin yang bukan beraliran Bahrah

2. Lahiriah mereka di dalam 'aqidah menyerupai 'Aqidah-'aqidah seluruh firqah yang moderat

3. Sedangkan bathiniah mereka adalah satu sisi lain.
Mereka melakukan shalat, tapi shalat mereka untuk Imam Isma'iliyyah yang tersembunyi dari keturunan Thayyib bin Amir.

4. Mereka pergi ke Makkah untuk hajji seperti ummat Islam lainnya, tetapi mereka berpendapat bahwa Ka'bah adalah lambang imam mereka.

Golongan Assasin berkeyakinan, "Tidak ada hakikat dalam wujud dan segala sesuatu serba boleh (mubah)" Cara yang mereka tempuh adalah pembunuhan (Assasinasi) yang terorganisir dan bertahan dengan rantai di balik benteng yang kokoh.

Sehubungan dengan ini Imam. Ghazali berkata, "Pada dasarnya pokok ajaran mereka adalah keserbabolehan muthlaq; membuka hijab, membolehkan bahkan menghalalkan yang haram dan mengingkari syari'at. Hanya saja mereka mengingkari semua itu jika hal demikian dinisbatkan kepada mereka."

Mereka berkeyakinan bahwa Allah tidak menciptakan alam secara langsung, tetapi melalui 'akal yang absolut' yang menjadi tempat semua sifat-sifat Tuhan yang disebut 'Hijab'. 'Akal yang absolut' menempati diri manusia, seperti Nabi dan imam-imam yang ghaib sebagai pengganti Nabi. Karena itu, Muhammad hanyalah sebagai juru bicara, sedangkan Ali asas yang menafsirkannya.

AKAR PEMIKIRAN DAN SIFAT IDEOLOGINYA
Madzhab Isma'illiyah pertama tumbuh di Iraq kemudian pindah ke Persia. Khurasan dan kawasan-kawasan Transoxiana seperti India dan Turkistan. Lalu bercampur dengan kepercayaankepercayaan Persia kuno dan pemikiran-pemikiran Hindu. Seterusnya penyimpangan dan ketidakjelasan 'aqidah ini diperkeruh oleh orang-orang yang ingin memuaskan nafsunya.

Mereka bersentuhan pula dengan orang-orang Brahma di India, filsafat-filsafat Timur, orang-orang Budha dan sisa-sisa ajaran Astrologer dan Persia berupa keyakinan dan pemikirannya tentang ruhani, planet dan bintang-bintang. Mereka berbeda-berbeda dalam kadar mengadopsi khurafat itu. Kerahasiaan mereka semakin menambah penyimpangannya.

Sebagian mereka ada yang menjadi penganut aliran Mazdak dan Zoroaster dalam filsafat serba boleh dan kekomunisannya (seperti Qaramithah).

'Aqidah mereka tidak bersumber kepada Qur'an dan Sunnah. Di dalamnya telah dimasuki berbagai filsafat dan kepercayaan yang membekas kepada keyakinan mereka dan menyebabkan mereka keluar dari ajaran Islam.

PENYEBARAN DAN KAWASAN PENGARUHNYA
Wilayah yang semula dikuasai kaum Isma'iliyyah kini telah banyak berubah, baik luas maupun pulaunya. Hal itu terjadi sesuai dengan perubahan kondisi dan keadaan, sepanjang kurun yang cukup lama. Pengaruh mereka telah terdesak oleh Alam lslami, tetapi dengan bentuknya yang berbeda-beda sesuai dengan perbedaan zaman dan waktu.

Orang Qaramithah pernah menguasai semenanjung Arabia, Syam, Iraq, sebagian kawasan India dan Pakistan.

Orang-orang Fathimiyyah pernah mendirikan sebuah negara yang terbentang luas dari Lautan Atlantik sampai Afrika utara, menguasai Mesir dan Syam. Madzhabnya pernah dipeluk penduduk Iraq. Tahun 540 H para orator Isma'iliyyah pernah menjadi jago-jago podium Baghdad. Namun negara mereka bertekuk lutut di hadapan Shalahuddin al-Ayyubi.

Sedangkan kaum Agha Khaniyyah banyak berdiam di Nairobi, Darussalam, Zanzibar, Madagaskar, Congo, Belgia, India, Pakistan dan Suriah. Kepemimpinan tertinggi mereka berpusat di Karachi.

Pemeluk Bahrah, umumnya tinggal di Yaman, India dan dataran-dataran sekitarnya.

Isma'iliyyah Syam pernah memiliki benteng pertahanan yang kokoh di sepanjang negara mereka. Sisanya masih terlihat di Salmiyyah, Khawabi, Qadmus, Mishyaf, Banjas dan Kahfi.

Sedangkan kaum Assasin tersebar di Iran. Mereka menguasai benteng 'al-Maut' sebelah selatan laut Qazwin dan kekuasaannya terbentang luas. Dalam pemerintahan Abbasiyah yang Sunni mereka memiliki wilayah merdeka yang luas. Malah benteng pertahanan mereka sampai ke Halb dan Mausil. Ketika Perang Salib berlangsung, salah seorang dari Imam mereka pernah menguasai Damaskus yang telah dihancurkan Hulako dari Mongolia.

Artikel Berkaitan